Kamis, 08 April 2010

Besaran oh besaran

Murbai, daunnya sebagai santapan ulat sutera. Aku tahu. Tapi murbai, yang ternyata adalah pohon yang sama dengan yang kutahu yaitu besaran. Itu baru saja kutahu. Tak pernah terpikir sebelumnya bahwa murbai dan besaran adalah pohon yang sama. Ini terjadi saat mengantar suami pergi ke salon untuk potong rambut. Seingatku, dipinggir halaman salon pernah kulihat pohon besaran. Pohon yang waktu kecil sering kudatangi bersama adik-adik dan saudara serta teman-teman kampung. Mengambil buahnya untuk dimakan langsung. Mencari yang berwarna hitam dan besar. Rasanya manis. Begitu yang hitam habis kami mencari yang berwarna merah kehitaman. Rasanya sudah berkurang manisnya, rasa asamnya sudah terasa. Dan jika yang merah kehitaman juga sudah habis kami mencari yang merah saja. Begitu seterusnya sampai akhirnya kami mencari yang berwarna hijau kemerahan. Ini rasanya asem sekali. Tapi enak saja.

Kembali ke pohon besaran yang ada di salon. Suamiku sudah masuk ke ruangan untuk dipotong rambutnya. Sedang aku masih diluar. Aku berjalan kearah pinggir halaman mencari pohon besaran yang dulu sekali pernah kulihat. Dulu pohonnya besar. Sekarang kok tidak ada. Langkahku terus menuju kearah pekarangan. Kuamati daun yang tak asing lagi.

“Ini dia”

Aku berbalik menuju ke salon. Kulihat ada dua pegawai. Yang satu sedang memotong rambut suamiku dan yang satunya sedang duduk menunggu di kasir. Kuhampiri pegawai yang sedang duduk di kasir.

“Mbak, diluar ada pohon besaran. Tahu nggak mbak cara nanamnya?”

“Ow, itu ya Bu, gampang kok. Cuma ditancap aja hidup”

“Gampang ya? boleh minta ya mbak”

“Yang mana sih?” Tanya pegawai yang sedang memotong.

“Itu lho yang buahnya biasa kamu ambil dibelakang” Katanya menjawab pertanyaan.

“Ayo Bu lewat sini, saya ambilkan”

“Lho, nggak lewat depan aja mbak” Kataku, kenapa pohonnya didepan kok malah jalan ke belakang.

“Dibelakang juga ada pohonnya Bu, kita ambil yang dibelakang saja. Pohonnya sudah besar”.

Kuikuti saja apa maunya. Dan benar setelah sampai, kulihat pohon besaran yang besar. Tidak seperti yang didepan. Sepertinya yang didepan baru saja tumbuh setelah ditebang. Kulihat seorang anak kecil sedang berusaha mencari buah besaran. Sedang memilih yang berwarna hitam. Sepertiku dulu waktu kecil. Kubantu mengambilkannya. Sedang pegawai salon masuk ke dalam rumah minta bantuan untuk mengambilkan batang pohon besaran.

Ditangan anak kecil ini sudah ada segenggam besaran berwarna hitam. Tapi masih saja mencari. Wah, benar-benar sepertiku waktu kecil. Disela-sela membantu mencarikan besaran. Kumasukkan salah satu besaran kemulutku dan kukunyah. Manis!
Seorang Bapak keluar membawa parang mendekat disusul pegawai salon. Bapak ini yang akan membantu mengambilkan batang pohon besaran untukku.

“Mau untuk apa Bu, diambil daunnya apa kayunya?

“Kayunya Pak, mau saya tanam. Katanya tadi Cuma ditanam saja tumbuh”

“Iya bu, ini juga hasil nancapkan aja kok. Daunnya bagus lho Bu untuk obat”

“O iya? untuk apa ya Pak? Tanyaku penasaran.

“Untuk penyakit dalam Bu”

“Daunnya juga biasa dikasih ke ulat sutera Bu”

“Ow, ini to yang namanya murbai. Jadi murbai dan besaran itu sama”

Ow, hebat sekali ini pohon. Selain bisa dikonsumsi buahnya yang manis ternyata bisa dijadikan obat. Makin semangat saja ingin menanamnya. Beberapa batang telah diambil dari pohon dan dipotong sepanjang sekitar 40 cm. Kemudian aku diajari cara menancapkannya supaya tidak terbalik. Seperti menanam batang singkong. Kuamati benar batangnya yang terlihat ruas-ruas yang akan ditumbuhi tunas baru. Ya, tidak akan terbalik menancapkan karena begitu jelas arah daun keluar.

Kumasukkan batang-batang yang telah dipotong, ada 8 batang yang bakal kutancapkan dihalaman rumah. Aku kembali ke ruang potong rambut yang ternyata suami sudah selesai juga. Kami pulang membawa 8 batang dan 1 batang yang masih ada daun dan buahnya. Akan kutunjukkan ke bungsuku nanti.

Sesampainya dirumah dan mobil terparkir di garasi. Langsung kukeluarkan batang-batang murbai. Kupanggil bungsuku dan aku mengambil kamera digital.

“Apa ini Ma?”

“Besaran, ini daunnya untuk makanan ulat sutera” aku menjelaskan

“Ih, Mama. Emang mau diapain? Ditanam? ck ck ck... Mama ini nana aaam terus!”

“Buahnya enak lho dik, makan aja”

“Iyakah?” tanyanya ragu.

“Iya, waktu kecil dulu mama suka nyari dik”

Kuambil beberapa gambar sebelum buah dihabisi bungsuku dan daunnya disimpan. Besok hari Minggu. Biar pak Udin, tukang kebun yang menggemburkan tanahnya dan menancapkannya. Batang-batang ini disimpan saja dulu. Disiram air supaya tidak kering.

Aku masuk rumah dan langsung mencari informasi di internet mengenai murbai. Memang benar ternyata banyak sekali manfaatnya. Dari buahnya, daunnya, batangnya sampai akar bisa dimanfaatkan semua. Untuk penderita tekanan darah tinggi, memperbantak ASI, Penderita kencing nanah kulit, luka borok, digigit ular, berkeringat malam, rematik, hepattis, kurang darah, jantung lemah, napas pendek. Tentunya cara memanfaatkan murbai ini berbeda-beda tergantung kebutuhannya. Tergantung apa penyakitnya. Ada yang direbus dan diminum airnya, ada yang dimasak sebagai sayur, ada yang dihaluskan dan dibalurkan, ada yang diblender dan masih banyak lagi caranya. Jadi tak ada ruginya menanam murbai dipekarangan rumah.

1 komentar:

  1. PlayOJO Casino - Mapyro
    PlayOJO 광주 출장샵 Casino is a casino that welcomes both the highest and most generous players. 진주 출장안마 PlayOJO offers players a wide range of 시흥 출장마사지 games License: 제주 출장마사지 MGA, Gibraltar, MaltaNumber of 양산 출장안마 Employees: 1 to 65Year Established: 2006 Rating: 3 · ‎6 votes

    BalasHapus