Minggu, 12 Juni 2011

rosella tampil beda

Bibit rosella yang dikasih mbak Eva, berupa pohon setinggi 15 cm-an berhasil tumbuh menjulang tinggi setelah dipindah dikebun. Hanya satu pohon. Tak apa-apalah nanti kalau mulai berbunga bisa dimanfaatkan jadi bibit. Tapi tak berapa lama, mbak Ndari memberi biji rosella siap tabur, lumayan jumlahnya, hampir segenggaman, bisa memenuhi pekarangan yang telah disiapkan. Acara menabur bibit di tanah yang sudah digemburkanpun dimulai lalu disiram supaya biji-biji masuk ke tanah dengan sendirinya. Berhari-hari menunggu, tak ada tanda-tanda ada kecambah rosella yang tumbuh, bahkan hampir sebulan juga tak ada kehidupan baru. Ini pasti gagal tanam, nanti minta bibitnya lagi. Mbak Ndari kan punya pohonnya.

Waktu berlalu, seiring dengan kesibukan yang lain, pohon Rosella yang tak tumbuh tak terpikirkan lagi, tak lagi menengok pekarangan yang bertabur biji rosella. Suatu hari pak Udin, tukang kebunku bilang, kalau tanaman rosellanya sudah numbuh dan banyak sekali. Oh iya? pikirku sambil segera menuju ke kebun. Wah iya, benar benar telah tumbuh taneman kecil-kecil sekarang, masih setinggi 3 sampai 4 cm. Butuh berapa lama lagi ya untuk menikmati bunganya. Pasti nanti akan tampak kebunku bertabur warna merah Rosella. Tak sabar menanti harinya.

Sebulan berlalu, berganti bulan berikutnya, hampir tiga bulan terlewati. Bunga Rosella mulai nampak dari ruas-ruas batangnya. Satu kupetik dan kukunyah, uh... asem sekali, kali aja enak untuk campuran sayur asem pengganti belimbing. Iya, kali aja enak yah?

Akhirnya dari semua pohon yang ada, hampir semua sudah memunculkan bunga merahnya. Cantik sekali kebunku saat ini. Dan kini saatnya kupetik semua. Mau diapakan ya, kalau tidak salah, selain dikeringkan untuk dibuat teh, bisa juga dibuat minuman, atau puding. Tapi kali ini akan kucoba membuat rujak Rosella. Enak nggak ya?

Cobek, cabe rawit, garam dan gula merah telah siap. untuk asemnya..., dengan bunga Rosella saja sudah cukup. Iya benar, dengan Rosella rasa asemnya sudah terasa. Ditumbuk-tumbuk tidak hancur, sambal rujaknya siap dicampur dengan buah lainnya, cuma sambal rujak Rosella ini agak berlendir. Tapi rasanya... tetep seger. Mau coba?










Minggu, 06 Februari 2011

“MIANA”, cantik yah namanya

Awalnya penasaran mau nanam “ROSELLA”, tanya sana, tanya sini siapa yang punya. Setiap melewat pekarangan rumah yang menanam ROSLLA, pengen rasanya mampir, ketuk pintu dan permisi minta pohonnya atau buahnya yang sudah kering supaya bisa ditanam dihalaman rumah. Tapi tak jadi kulakukan, wah... bahaya, nggak kenal kok ketuk-ketuk pintu orang. Apalagi nanti kalau yang keluar bapaknya... wah, gawat.

FB-pun jadi aksi memproklamirkan niat yang sudah diubun-ubun menginginkan ROSELLA. Siapa yang punya ya.... bagi dong!

Gayungpun bersambut, seorang teman menawarkan kebaikannya memberikan tanaman koleksinya untuk kumiliki, seorang teman yang lain menawarkan biji kering untuk dapat kutabur dihalaman rumahku, seorang yang lain lagi menginformasikan siapa-siapa yang memiliki ROSELLA. Wah.. wah.. wah.., kalau sudah rezeki, datang tak ada kendala.

Selang sehari memproklamirkan keinginan, ternyata tak hanya Rosella yang kudapatkan, ada sirih wangi, kunyit putih, ginseng, dua pohon lagi yang tak kutahu namanya dan manfaatnya, tapi yang jelas ini semua tanaman obat.

Satu pohon berdaun ungu kecoklatan bergerigi pinggirnya, kata mbak Eva yang memberi pohon ini, namanya MAYAMA. Katanya sih untuk obat batuk, apanya yang dimanfaatkan ya? Akar, daun atau batangnya ya? Terus gimana pula cara pakainya? Dihaluskan, direbus, atau dilalap? Tak ada kejelasannya. Yah, nanti bisa dicari di internet, siapa tahu masih ada manfaat lainnya dari pohon MAYAMA ini.

“MAYAMA”, klik enter. Berderet-deret gambar kartun muncul. Lhoh kok? bukan ini yang kucari. Kucari-cari, berkali-kali, tak juga nemu gambar pohon atau daun MAYAMA. Apa sih nama sebenarnya pohon ini atau nama lainnya? Search “DAUN” aja, biar kata banyak macam daun dimuka bumi, pasti adalah nyantol daun yang kumaksud.

Klik enter, bener juga, akhirnya daun yang kumaksud ada. Tapi namanya kok? Daun ILER.... hehehe... kebayang apa coba, ILER gitu loh, apa nggak salah ya kasih nama ILER? Apa karena nanti akan berliur jika diremes-remes atau dihaluskan? Kali aja.

Ada nama lainnya ternyata, yaitu : Jawer Kotok, Kentangan, Ati-ati, dan ini dia Miana. Ow.. mungkin maksud mbak Eva dulu Miana ya...

Mudah sekali hidup, tinggal potong dan tancap ke tanah. Gampang kan? Ini juga tahu tanpa sengaja. Cerita dikit ya.. pohon yang dikasih mbak Eva ini sudah meninggi, batangnya sudah seukuran jempol. Karena belum tahu manfaatnya dan cara pakainya, kubiarkan saja meninggi. Sekali waktu, kulihat Mianaku terpotong dan potongannya ditancapkan disebelahnya. Karuan aja meradang “Siapa berani-berani mengusik koleksiku tanpa ijin?”

Ternyata pembantu rumah yang sengaja mematahkan dan menancapkan. Katanya dengan enteng “nanti juga tumbuh lagi”, Wow! Enak saja ngomong, iya nanti kalau numbuh, kalau enggak?

Hari berlalu, setiap kali kulihat potongan yang ditancapkan tak menunjukkan kelayuan, alhamdulillah tidak mati dan kemudia tunas baru keluar. Begitu juga dengan batang pohon yang terpotong, mulai bercabang. Syukurlah, akhirnya rasa cemas terobati.

Ada yang beminat mengoleksinya? Manfaatnya banyak lhoh !


"MIANA" banyak manfaaatnya,
obat ambeien, sembelit, bisul, luka borok, perut mulas, terlambat haid, mata merah, keputihan.



dalam satu pohon kadang tumbuh daun dengan warna pinggirnya hijau, tapi lama-lama juga berubah mennjadi ungu kecoklatan seperti lainnya.